Kepuasan Kerja
Edy Sutrisno
(2011:74) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan terhadap
pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama antar karyawan,
imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal – hal yang menyangkut faktor fisik
dan psikologis. Kepuasan merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya.
Kepuasan kerja menurut Susilo Martoyo
(1992 : 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia akan merasa puas
dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan
pekerjaan yang ia hadapi. Kepuasan sebenarnya merupakan keadaan yang sifatnya
subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu
perbandingan mengenai apa yang diterima pegawai dari pekerjaannya dibandingkan
dengan yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas
atau berhak atasnya. Sementara setiap karyawan/ pegawai secara subyektif
menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Tiffin
(1958) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) kepuasan kerja berhubungan erat dengan
sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama
antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch.
As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum
yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor – faktor
pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.
Aspek – Aspek
Kepuasan Kerja
Aspek – aspek yang diukur dalam
kepuasan kerja yaitu:
1. Kesesuaian
Seseorang akan merasakan kepuasan bila apa yang didapat
seseorang lebih dari apa yang diharapkan
2. Rasa
adil
Kepuasan seseorang didapat bagaimana seseorang merasakan
adanya suatu keadilan atas situasi tertentu, dan dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain.
3. Hilangnya
perasaan tidak puas
Merupakan faktor – faktor yang menjadi penyebab dan
ketidakpuasan seseorang. Faktor – faktor yang meliputi adalah gaji, penyelia,
teman kerja, kondisi kerja, kebijakan perusahaan dan kemanan kerja.
4. Satisfiers
Merupakan faktor – faktor yang menjadi sumber dari
kepuasan seseorang meliputi pekerjaan itu sendiri, prestasi kerja, kesempatan
untuk maju dalam pekerjaan, pengakuan terhadap prestasi, dan tanggung jawab.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Edy Sutrisno (2014:80) mengatakan faktor – faktor yang
mempengaruhi Kepuasan Kerja, yaitu:
1. Faktor
Psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang
meliputi minat, nyaman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan
keterampilan.
2. Faktor
Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi social baik antara
sesame karyawan, maupun dengan atasannya.
3. Faktor
Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan,
meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan (suhu, penerangan, pertukaran udara), kodisi kesehatan
karyawan, umur dan sebagainya.
4. Faktor
Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
karyawan yang meliputi si stem dan besrnya gaji, jaminan
social, macam – macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya.
Konsekuensi Kepuasan Kerja
1. Kepuasan dan
Motivasi
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
dan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan pengawasan berkorelasi secara
signifikan dengan motivasi, para manager disarankan untuk mempertimbangkan
bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan kerja. Para manager secara
potensial meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk
meningkatkan kepuasan kerja
2. Kepuasan dan
Keterlibatan dalam Pekerjaan
Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan
individu dengan peran dalam pekerjaannya.
3. Kepuasan dengan OCB
Kepuasan kerja dianggap sebagai faktor utama yang
mempengaruhi perilaku ekstra peran (OCB). Bahwa logis menganggap kepuasan
sebagai predictor utama OCB, karena karyawan yang puas cenderung akan berbicara
positif mengenai organisais, membantu individu lain, dan melewati harapan
normal dalam pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang puas mungkin akan
memberikan peran yang lebih karena merespon pengalaman positif mereka.
4. Kepuasan kerja
dengan Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana individu
mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan
tujuan-tujuannya. Para manager disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja
dengan tujuan mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya
komitmen yang tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih
tinggi
Cara Mengukur
Kepuasan Kerja
ada tiga cara
untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja, yaitu :
1. Rating
Scales dan Kuesioner
Rating scales dan kuesioner merupakan
pendekatan pengukuran kepuasan kerja yang paling umum dipakai dengan
menggunakan kuesioner dimana rating scales secara khusus
disiapkan. Dengan menggunakan metode ini, orang menjawab pertanyaan yang
memungkinkan mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical
Incidents
Menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka
yang mereka rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka
dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari.
3. Interviews
Interview merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja
dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja. Dengan menanyakan secara
langsung tentang sikap mereka, dengan mengajukan pertanyaan secara berhati-hati
kepada pekerja dan mencatat jawabannya secara sistematis, hubungan pekerjaan
dengan sikap dapat dipelajari.
Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan
Semangat Kerja (Morale)
Faktor sumber daya manusia merupakan
tujuan utama dalam Pembangunan perusahaan hal ini di karena hasil kinerja
karyawan Sebagai penentu kelangsungan perusahaan Kinerja karyawan merupakan
faktor penting dalam menjalankan sistem perusahaan karena jika karyawan
tidakmelakukan pekerjaannya perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan.
Peningkatan kinerja dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti,
peningkatan kepuasan kerja dan semangat kerja.
Untuk mengetahui kondisi kepuasan kerja
melalui aspek ciri-ciri intrinsik pekerjaan, gaji, penyeliaan, rekan kerja dan
kondisi kerja. Semangat kerja diketahui melalui dimensi semangat kerja yaitu:
tingkat perilaku agresif, perasaan dalam pekerjaan; kemampuan beradaptasi dan
keterlibatan ego. Sedangkan kinerja karyawan itu sendiri dapat dilihat dari:
kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, efektifitas, kebutuhan pengawasan
dan interpersonal impor.
Semangat Kerja
Semangat kerja adalah sikap kesediaan
perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih
banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan
antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok
sekerjanya.
Tingkat Stress
Ketika seseorang mengalami stress seringkali sesuai dengan
kondisi tubuhnya. Saat stress seseorang kemungkinan akan mengalami beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tidak fokus dalam
melakukan aktivitas
2. Menangis
3. Psikosomatis
4. Bahkan bisa
melakukan tindakan yang melanggar norma.
Program, Fungsi dan Tipe Konseling
1. Crisis Intervention
Counseling
Intervensi
konseling krisis sebagai metode yang digunakan untuk menolong dalam situasi
segera, bantuan jangka pendek kepada individu yang mengalami masalah emosional,
mental, fisik dan perilaku distress atau masalah dari pengalaman atau kejadian
seperti: Bencana alam, Pelecehan atau pemerkosaan seksual,
perampokan, Sakit secara medik, Gangguan/sakit mental, Percobaan atau bunuh
diri, Kehilangan, cerai atau perubahan drastis dalam hubungan
2. Marriage and Family
Counseling
Konseling
pernikahan menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang aman/nyaman untuk dua
pribadi dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah yang dimiliki
masing-masing terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja sama untuk
saling meningkat kanpemahaman.
3. Relationship
Counseling
Relationship
counseling menolong dua pribadi atau lebih dalam satu keluarga, pasangan,
pekerja atau majikan di dunia kerja, atau antara profesional dengan klien dalam
hubungan satu upaya untuk mengenal perbedaan
4. Guidance and Career Counseling
BK
Karier membantu dan mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan,
memutuskan di bidang akademik dan karier.
5. Rehabilitation
Counseling
Konseling
rehabilitasi menolong individu dengan fisik, mental perkembangan yang terlambat
dan gangguan otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup yang produktif
dan mandiri.
6. Mental Health
Counseling
Konseling
kesehatan mental member perlakuan psikopatologi dan mempromosikan kesehatan
mental yang optimal dan hidup sehat.
7. Sexual Trauma
Counseling
Konseling
trauma seksual ini menyediakan layanan kepada anak dan orang dewasa yang
mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui pendidikan
masyarakat, advokasi danpemulihan.
8. AIDS Counseling
Konseling
AIDS adalah satu spesialisasi dari konseling yang menghadapi pencegahan dari
peyakit dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
9. Philosophical
Counseling
Konseling
Filosofi adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis, analisis
konseptual, dan keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai cara dan
ekspresi pemikiran.
10. Grief and Bereavement Counseling
Konseling
kehilangan dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan menolong
individu dengan peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan individu
dalam kesehatan mental.
11. Substance Abuse Counseling
Konseling
penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan alkohol.
12. Transgender Counseling
Konseling
transgender menolong individu transgender menerima keunikannya, ketimbang
menolak, memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan sosial
menerima apa adanya.
Pembinaan
Disiplin
Merupakan upaya untuk menghindari terjadinya
pelanggaran-pelanggaran. Meskipun kita menginginkan agar keinginan karyawan
bisa terintegrasikan dengan tujuan perusahaan dengan mencoba memahami berbagai
tingkah laku manusia, bukan berarti manajemen harus memenuhi kehendak karyawan,
namun selama perusahaan telah mempunyai peraturan permainan dan telah
disepakati bersama maka pelanggaran terhadap permainan ini harus dikenakan
tindakan pendisiplinan Dalam uraian tentang disiplin telah disinggung secara
sepintas mengenai pendisiplinan preventif dan korektif
Pembinaan disiplin tenaga kerja merupakan suatu kegiatan
untuk mengarahkan dan mengembangkan kehidupan seseorang yang sudah dimiliki
agar dapat menimbulkan kegairahan kerja dan rasa tanggung jawab (Nainggobin,
1994).
Handoko (1994) menyatakan bahwa Pembinaan disiplin kerja
adalah usaha untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam mencapai
hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan dengan maksud untuk memperbaiki
penguasaan keterampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu
terperinci dan rutin.
Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa pembinaan
disiplin kerja karyawan untuk memperbaiki efektivitas dan mewujudkan kemampuan
kerja karyawan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh
organisasi sehubungan dengan tujuan tersebut maka Proctor dan Tarton (Malayu,
1994) menyatakan bahwa pembinaan disiplin tenaga kerja berfungsi untuk
menaikkan rasa kepuasan pegawai, mengurangi pemborosan, mengurangi ketidakhadiran
atau absensi dan perputaran pegawai, memperbaiki metode dan sistem bekerja,
menaikkan tingkat penghasilan,mengurangi biaya lembur, mengurangi biaya
pemeliharaan mesin, memperbaiki komunikasi, moral pegawai meningkatkan
pengetahuan serbaguna pegawai, menimbulkan kerjasama yang lebih baik.
Silalahi (1993) bahwa fungsi dari pembinaan karyawan adalah
Dalam bidang pengetahuan : Meningkatkan pengetahuan tentang perubahan dalam
kebijaksanaan dan peraturan perusahaan.;Meningkatkan prestasi kerja para karyawan
sehingg mencapai taraf yang dituntut; Membina karyawan muda untuk pelestarian
pimpiinan-pimpinan perusahaan; Meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan
perusahaan;
Dalam bidang fungsional : Meningkatkan produktivitas melalui
penyempurnaan keterampilan; Mengembangkan keterampilan baru, pengetahuan,
pengertian dan sikap.; Menggunakan dengan tepat peralatan baru, mesin proses
dan tata cara pelaksanaan yang baru; Meningkatkan efisiensi kerja
Dalam bidang efektif : Membina mutu jabatan dan moral; Mengurangi pemborosan kecelakaan, penggantian karyawan, keteralambatan, kemangkiran dan kurangi biaya-biaya tambahan yang tidak perlu; Mengurangi kadaluarsa dalam keterampilan, teknologi, metode, proses, produk dan pasaran serta pengurusan. ; Meningkatkan rasa tanggung jawab, kesetiaan, loyalitas dan kejujuran pada perusahaan. ;Membina pengabdian, solidaritas dan kegotongroyongan.
Dalam bidang efektif : Membina mutu jabatan dan moral; Mengurangi pemborosan kecelakaan, penggantian karyawan, keteralambatan, kemangkiran dan kurangi biaya-biaya tambahan yang tidak perlu; Mengurangi kadaluarsa dalam keterampilan, teknologi, metode, proses, produk dan pasaran serta pengurusan. ; Meningkatkan rasa tanggung jawab, kesetiaan, loyalitas dan kejujuran pada perusahaan. ;Membina pengabdian, solidaritas dan kegotongroyongan.
Pengertian disiplin kerja menurut Mangkunegara (2000) adalah
bahwa “Discipline is management as action to enforce organization standards”
(disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
pedoman-pedoman organisasi). Sedangkan Hasibuan (2000) mengemukakan bahwa
kedisiplinan adalah :
fungsi operatif ke enam dari Manejemen Sumber Daya Manusia yang merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat dan gairah kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu setiap manajemen selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik’.
fungsi operatif ke enam dari Manejemen Sumber Daya Manusia yang merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat dan gairah kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu setiap manajemen selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik’.
Pada hakekatnya disiplin merupakan seperangkat aturan yang harus ditaati dalam setiap bentuk organisasi. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 30/1980 diungkapkan bahwa :
Peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi-sanksinya apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar pegawai negeri sipil. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin pegawai negeri sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Pengertian yang hampir sama dan lebih rinci, dikemukakan oleh Hasibuan (1994) sebagai berikut :
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya. Jadi dia akan mematuhi semua
tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah
laku dan perbuatan sesorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis
maupun tidak.
Sumber
: